Apabila Nenek Moyang Dipuja-puja, ‘Agamawan’ dipandang paling tinggi, Kekuasaan Menjadi Misi..  

Posted by: Farhana & Farhani Azizan in



Setiap insan menyakini akan kewujudan Tuhan , tidak mengira si dia Islam atau kafir. Mereka yakin adanya satu kuasa yang menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, serta beriman bahawa Dia lah Tuhan yang berkuasa mengatur segala sesuatu di atas muka bumi ini. Lalu mereka mahu merealisasikan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah AWT melalui agama. Di sini lah terjadinya penyimpangan aqidah, di mana manusia tidak mengikhlaskan ibadahnya hanya untuk Allah SWT & mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu, serta menyamakan Allah SWT dengan sifat-sifat makhluk yang lemah. Ritual ibadah direkacipta oleh tangan manusia, dengan alasan untuk mencari keredhaan Allah SWT dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Kemudian kami susulkan rasul-rasul Kami mengikut jejak mereka dan Kami susulkan pula Isa putra Maryam; dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-ngadakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keredhaan Allah SWT, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya dan banyak di antara mereka yang fasiq" [QS al Hadid 57:27].

Ringkasan tafsir ayat ini oleh Prof Dr Wahbah Az Zuhaili [4] :

Kemudian Kami mendatangkan pula rasul Kami di jalan yang mereka lalui. Rasul-rasul itu diutus dengan membawa berbagai BUKTI yang NYATA atas KEBENARAN mereka. Kami juga menyusulkan Isa (anak Maryam yang termasuk keturunan Nabi Ibrahim -sebelah ibunya) di jalan mereka, dan Kami berikan kitab Injil kepadanya. Kami menghadirkan sifat lembut dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang beriman kepada risalah Isa dan mengikuti agamanya, iaitu Hawariyun (murid2 yang setia) dan para pengikut mereka (Untuk mengikuti hukum, balasan hukuman, dan peraturan agama).

Mereka melaksanakan kehidupan KERAHIBAN, iaitu BERIBADAH SECARA BERLEBIHAN yang disertai dengan 'uzlah (menyepi), sesuatu yang TIDAK Kami WAJIBKAN kepada mereka. Mereka melakukannya dengan mengada-ngadakannya dari diri mereka sendiri dengan TUJUAN untuk MENCARI REDHA ALLAH. Namun mereka sendiri tidak memeliharanya dengan benar, bahkan mereka MENGABAIKANNYA dan MELAMPAUI BATAS. Oleh itu, Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka secara ikhlas pahala yang berhak mereka terima. Banyak di antara para pendeta membangkang perintah Allah.

Mereka juga mendakwa Allah yang menyuruh mereka melakukannya (perbuatan keji). Lihat surah Al-'Araf, surah 7 ayat ke 28.

"Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, "Kami mendapati nenek moyang kami melakukan demikian, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah, "Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh kamu berbuat keji. Mengapa kalian membicarakan tentang Allah apa yang tidak kalian ketahui?".

Ayat ini berkenaan dengan kaum musyrikin yang melakukan tawaf dengan telanjang. Ketika kaum musyrikin berbuat maksiat (dosa besar), seperti melakukan tawaf di Kaabah dengan telanjang dan menyembah patung (kerana MENGIKUT NENEK MOYANG mereka) mereka beralasan "Kami mendapati nenek moyang kami melakukan demikian, dan Allah menyuruh kami mengerjakan kemungkaran ini." Wahai Nabi, katakan kepada mereka, "Allah memerintahkan kamu semua agar berakhlak baik dan terpuji. Dan tidak pernah menyuruh berbuat keji dan mungkar. Kenapa kamu berkata atas nama Allah tentang hal yang kamu TIDAK TAHU KEBENARANNYA dan TIDAK DIDASARI DENGAN DALIL YANG TIDAK DAPAT DITERIMA?!

Ini Sejarah Mereka: Sekilas Tentang Sejarah Agama dan Kepercayaan Masyarakat Arab zaman Jahiliah.

Dahulu, bangsa Arab masih mengikuti nabi Ismail a.s yang mengajak umat untuk mengikuti seruan Nabi Ibrahim a.s supaya mentauhidkan diri kepada Allah, tapi lama kelamaan, mereka diajak untuk melakukan syirik kepada Allah SWT, lebih menyedihkan, dalang yang mengajak kepada perbuatan ini ialah 'Amr bin Luhay, seorang pemimpin Bani Khuza'ah yang sering melakukan urusan-urusan agama, mengajak orang lain bersedekah dan dianggap sebagai seorang ulama' besar yang terhormat & wali pada waktu itu sehingga semua tunduk kepadanya. Dia memandang ritual penyembahan berhala yang disaksikannya di Syam merupakan satu hal yang baik dan benar sebab perbuatan tersebut dilakukan oleh penduduk Syam-iaitu tanah air para Nabi dan tempat turunnya kitab-kitab, lantas dia membawa pulang berhala 'Hubal' tersebut dan meletakkannya di Ka'abah, seruan si agamawan ini untuk mensyirikkan Allah dengan melakukan penyembahan kepada berhala tersebut disambut baik oleh masyarakat setempat. Tidak lama selepas itu, penduduk Hijaz pun mengikut cara penduduk Mekah mengabdikan diri kepada Tuhan, sebab penduduk Mekah merupakan pengelola Baitullah dan pemilik Masjidil Haram.

Penyembahan berhala menjadi berleluasa dalam setiap kabilah, rumah-rumah dan masjid. Ritual penyembahan berhala ini pula dikendalikan dan diada-adakan oleh Amr bin Luhay (yang mereka pandang sebagai ulama'), masyarakat pula bersangka bahawa hal tersebut merupakan sesuatu yang baik walaupun mereka tahu hal tersebut adalah hal yang diada-adakan, tetapi tidak dianggap sebagai mengubah agama Ibrahim. Mereka mengadakan taqarrub [5] kepada berhala, berdiam diri di hadapan berhala, berlindung kepadanya, meminta pertolongan daripadanya, menyebut-nyebut nama berhala2 tersebut, meminta hajat daripadanya, menunaikan tawaf di sekeliling berhala, menghinakan diri di hadapan berhala, bersujud kepadanya, menyembelih dan berkorban untuk berhala2 tersebut, menyajikan makanan dan minuman dan bernazar menyajikan juga hasil tanaman dan ternakan mereka kepada berhala, malah ada juga bahagian yang diperuntukkan oleh Allah SWT J. Mereka menyangka berhala-berhala tersebut dapat member syafaat di sisi Allah, mereka yakin bahawa mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan hal-hal yang sedemikian rupa, sebagaimana firman Allah SWT tentang apa yang mereka perkatakan:

"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya [QS Az-Zumar 39:3].

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan (tidak) pula manfaat, dan mereka berkata, 'Mereka itu (apa yang mereka sembah) adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah" [QS Yunus 10:18].

Kesyirikan, penyembahan berhala, tahyul dan khurafat terlalu bermaharajalela. Terdapat juga beberapa agama lain yang wujud pada waktu itu seperti Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Shabi'ah. Semuanya dijajah oleh pengaruh dari luar, tradisi dan kebiasaan masing-masing.

Sosial mereka rosak- pelacuran, pergaulan bebas, pertumpahan darah dan perbuatan keji di mana-mana. Lihat sahaja prosedur pernikahan dan poligami tanpa batasan di era jahiliah, nasab menjadi keliru. Namun, mereka masih mempunyai akhlak yang masih baik seperti memuliakan tetamu, menepati janji, dan bersemangat waja.

Apakah Reaksi Mereka Terhadap Dakwah Rasulullah SAW?

Tahap pertama dakwah Rasulullah SAW adalah secara rahsia, berjalan selama 3 tahun, kepada mereka yang akrab dan mempunyai hubungan yang baik dengan baginda, dan kepada mereka yang dikenali mempunyai sifat atau sukakan kebaikan. Kemudian turun pula perintah untuk solat. Kemudian Rasulullah SAW diperintahkan pula untuk menyampaikan dakwah Islam secara terang-terangan, dakwah di kalangan kaum kerabat, di atas bukit Safa di mana baginda dicerca oleh bapa saudaranya sendiri, si Abu Lahab. Apakah respons kaum Musyrikin terhadap seruan baginda untuk mentauhidkan Allah pada ketika itu? Sedangkan di situ (Mekah) merupakan satu kota yang menjadi pusat agama, tempat berkumpulnya pengabdi-pengabdi Kaabah dan orang-orang yang mengurus 'berhala suci' masyarakat Arab jahiliah, dan masyarakat pula sudah sebati dengan amalan-amalan jahiliah. Ada yang menyokong dan ada yang menentang, hal ini mewujudkan jurang dalam ikatan kekeluargaan, saling membenci dan menjauhi antara yang sudah memeluk Islam dan menolak untuk memeluk Islam.

Kaum Quraisy menyindir, menghina, ,mengejek, mendustakan dan mentertawakan Rasulullah SAW-mereka menuduhnya sebagai orang gila dan ahli sihir. Tak cukup dengan itu, mereka menyebarkan fitnah, menyerang peribadi baginda, mengelirukan ajaran baginda Rasulullah SAW, sebagaimana yang diceritakan oleh Allah SWT dalam Al-Quran:

"Dan orang2 kafir berkata, "Al-Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad) dibantu oleh orang2 lain". Sungguh, mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, itu hanya dongeng2 orang2 terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah kepadanya dongeng itu pada setiap pagi dan petang" [QS Al-Furqan 25:4-5]

Lihatlah bagaimana mereka mempersoalkan kebenaran Rasulullah SAW, betapa besarnya fitnah dan tuduhan ke atas dakwah Rasulullah SAW dan risalah yang dibawakannya. Mereka membuat perumpamaan-perumpamaan yang akhirnya menyesatkan diri mereka sendiri.

"Dan mereka berkata, "Mengapa Rasul (Muhammad) ini memakan makanan dan berjalan di pasar? Mengapa malaikat tidak diturunkan kepadanya (agar malaikat) itu memberikan peringatan bersama dia. Atau mengapa tidak diturunkan kepanya harta kekayaan atau (mengapa tidak ada) kebun baginya sehingga dia dapat makan dari (hasilnya)? Dan orang2 zalim itu berkata, "Kamu hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir." [QS AlFurqan 25:7-8].

Tidak cukup dengan itu, masyarakat sekeliling pula dihalang daripada mendengar dan mengikuti dakwah Rasulullah SAW, mereka cuba menarik perhatian orang lain dengan cerita-cerita picisan dan dongeng bagi melarikan orang ramai daripada mendengarkan peringatan daripada Rasulullah SAW. Mereka menawarkan hidangan makanan dan hiburan untuk melalaikan manusia daripada tertarik kepada Islam. Sedar akan usaha yang tidak begitu membuahkan hasil, mereka memberi tekanan pula kepada orang awam yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Kaum muslimin ditindas, didera dan diseksa dengan seksaan yang tak berperi kemanusiaan, dihina, dicaci dan diancam. Kaum muslimin cuba dilemahkan oleh mereka, yang mengepalainya sudah tentulah ketua suku masing-masing. Antara mereka yang teruk diseksa ialah Uthman bin Affan, Mush'ab bin Umair, Shuhaib bin Sinan, Bilal, Ammar bin Yasir, Yasir dan Sumayyah, Abu Fakihah dan lain-lain.

Dan Inilah Sejarah Kita…masih berjalan panjang sejarah perjuangan Rasulullah SAW selepas itu, ini hanyalah sebahagian yang saya ringkaskan sedikit dari buku 'Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad SAW Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir', karya Syaikh Shafiyyurrahman al Mubarakfury, terbitan Pustaka Darul Haq, Jakarta,2005, halaman 30-109.

Realiti Kita Pada Masa Kini.

Tidak jauh bezanya, bak kata seorang bekas mufti-Sejarah Akan Terus Berulang. Jalan ceritanya sekitar itu sahaja, wataknya sahaja yang berbeza. Umpamanya, seorang yang membawa perubahan kepada umat yang jahil supaya kembali kepada ajaran Islam yang sahih lagi jelas, perubahan sedemikian rupa adalah sangat perlu supaya dapat kembali ke era kegemilangan Islam seperti suatu masa dahulu yang kuncinya adalah ilmu & aqidah yang mantap. Namun pada sesetengah orang, perubahan ini dilihat menggugat kedudukan sesetengah golongan, menghapuskan amalan dan kepercayaan yang sudah sebati dalam masyarakat. Bila diajak kepada cara peribadatan yang sahih kepada Allah dan pencemaran-pencemaran dalam agama cuba dihapuskan, mereka mendakwa apa yang mereka amalkan selama ini adalah yang diajarkan oleh ibu bapa mereka sejak turun temurun, mereka mengira mereka lebih benar hanya kerana mereka lebih dahulu wujud di atas muka bumi ini, mereka kata itu yang diajarkan oleh ustaz mereka dulu-dulu. Mereka menjadikan nenek moyang dan 'rahib' mereka sebagai alasan terhadap amalan mereka.

"Dan apabila dikatakan kepada mereka,"Ikutilah apa yang diturunkan oleh Allah SWT." Mereka menjawab,"(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati daripada nenek moyang kami (melakukannya)." Padahal nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk" [QS Al Baqarah 2:170].

Perhatikan juga pengajaran dari kisah Firaun dan Nabi Musa a.s. Firaun dan kaumnya menolak risalah yang dibawakan oleh Nabi Musa atas dua alasan: Berpegang teguh dengan TRADISI NENEK MOYANG nya dan MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN.

"Mereka berkata: "Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari kepercayaan yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya (menyembah berhala) dan agar kalian mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)? Kami tidak akan mempercayai kalian" [QS Yunus 10:78].

Dan kisah Nabi Nuh as dalam surah Al-Mukminun, sila rujuk surah ke-23, ayat 24. Nabi Nuh a.s dituduh ingin mendapatkan keutamaan dan kekuasaan ke atas pengikutnya dengan mengaku sebagai Nabi, supaya orang-orang mengikutinya. Mereka beralasan bahawa mereka belum pernah mendengar seruan tauhid seperti yang dibawakan oleh Nabi Nuh pada zaman nenek moyang mereka dahulu.

Terdapat manusia pada zaman ini yang menganggap hal2 yang asal/tulen itu adalah benda-benda baru lagi pelik, lantas dihukum sebagai sesat dan mengelirukan. Lebih menjijikkan, manusia berhati busuk sanggup menyebarkan apa sahaja fitnah dalam upayanya meruntuhkan dakwah Islamiah tersebut. Alangkah kotornya permainan itu.

"Sungguh Rabb mu, Dia lah yang lebih tahu siapa yang sesat dari jalanNya; dan Dial ah yang paling mengetahui siapa orang yang mendapat petunjuk" [QS Al-Qalam 68:7].

Bagi yang mempertahankan dakwah Rasulullah SAW, sudah tentu mereka sudah tahu dan bersedia menghadapi risiko apabila memulakan dakwah tersebut. Tiada apa yang perlu dihairankan. Semoga yang berada di atas jalan tersebut terus dikurniakan istiqamah, kekuatan menghadapi apa saja bentuk penindasan dan tekanan. Sudah tentu, perjuangan para Rasul dan Nabi jauh lebih sulit dan payah, beruntunglah mereka yang turut merasakan tempiasnya. Usaha tanpa kenal erti titik, kerana perjalanan masih teramat jauh, generasi pada masa hadapan diharapkan dapat menonjolkan kegemilangan Islam yang sebenar hasil daripada usaha yang berterusan ini.

Pengajaran: Demikianlah sekian banyak diceritakan di dalam Al-Quran tentang sikap-sikap orang kafir ketika mereka menentang kebenaran atau risalah yang dibawa oleh utusan Allah SWT, ketika diseru untuk mentauhidkan Allah SWT. Persoalannya, wajarkah kita sebagai seorang yang beragama Islam memiliki pola fikir dan sikap yang sama seperti/seakan-akan mereka ini ketika dibentangkan di depan kita akan kebenaran?. Kadang-kadang, kita tahu bahawa hal tersebut jelas benar tapi kita cuba menafikannya atas alasan-alasan seperti ajaran keturunan, ajaran ustaz, dan kedudukan. WAJARKAH??

Akhir kata, ingatlah..

"Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. (iaitu) orang-orang yang beriman dan sentiasa bertaqwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dan akhirat; tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yg agung." [QS Yunus 10:62-64]

-S.E.K.I.A.N, TERIMA KASIH-

Rujukan:

  1. Buku Pintar Al-Quran 7 in 1, Prof Dr Wahbah Zuhaili et al, Penerbit Almahira, Jakarta, 2008.
  2. Indeks Al-Quran, Dr. Azharuddin Sahil, Pustaka Mizan, Bandung, 2007, hal. 533.
  3. Prinsip-prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka At-Taqwa, cetakan ke-3, Bogor, 2008,hal. 52-54.
  4. Ulama masyhur dari Syria yang mengarang kitab Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh, sudah diterjemah atas judul Fiqh dan Perundangan Islam dan diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur.
  5. Definisi- satu ikhtiar yang dilakukan oleh manusia sebagai hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya (http://www.khilafah1924.org/).